Ulasan Buku “The Value Investors”
Legenda investasi Warren Buffet pernah mengatakan bahwa kesuksesan dalam
berinvestasi tidak ada hubungannya dengan IQ. Apabila sudah memiliki kecerdasan
normal, maka yang kita butuhkan adalah tempramen untuk mengendalikan dorongan
yang menjerumuskan sebagian orang ke dalam masalah ketika berinvestasi.
Buku ini mengulas tentang latar belakang, pola pikir, serta strategi
investasi dari para value investor dunia yang telah meraih kesuksesan. Investor
tersebut masing- masing memiliki perspektif yang berbeda namun rata-rata
memiliki sifat atau tempramen yang sama. Salah satunya ialah tempramen pemenang
yang diperlukan untuk mengubah investor biasa menjadi luar biasa.
Berikut rangkuman hal yang menarik dari beberapa sudut pandang Value
Investor:
#1 Walter Schloss - Kenali Diri
Kita Sendiri
Walter Schloss menekankan pentingnya mengenali diri sendiri. Ketika
menyusun strategi investasi, maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah
memahami kekuatan dan kelemahan kita. Kemudian kita perlu ingat bahwa
kepemilikan saham merupakan kepemilikan sebagian dari suatu bisnis, sehingga
kita perlu memahami keuangannya sebelum mengambil keputusan. Ketika kita telah
membuat keputusan bagus, pastikan kita memiliki keberanian untuk tetap setia pada
keyakinan kita dan tidak membiarkan pasar mempengaruhi emosi kita. Yang paling
penting, investasi harus menyenangkan dan menantang, bukannya membuat stres dan
khawatir.
Investor sukses bukan hanya orang yang beruntung, namun mereka juga
menguasai sejumlah keterampilan dan mentalitas yang sama untuk menaklukan pasar
dari tahun ke tahun. Schloss menyakini investasi adalah seni, sehingga sebisa
mungkin menjadi logis dan tanpa emosi. Schloss juga tidak pernah lupa bahwa dia
mengelola uang milik orang lain, dan ini memperkokoh keinginan yang kuat untuk
tidak merugi. Dia memiliki integritas total dan gambaran realistis tentang
dirinya. Uang adalah nyata baginya dan saham juga nyata, sehingga dari sini
mengalirlah daya tarik pada prinsip margin
of safety.
#2 Irving Kahn – Aturan Sederhana
Investasi Cerdas
Irving Kahn pernah menulis sebuah artikel dengan judul “Lemmings Always Lose” dalam sebuah Financial Analyst Jounal. Dalam artikel
tersebut menguraikan aturan sederhana dalam berinvestasi yakni
- Jangan bergantung pada angka terbaru atau saat ini untuk memperkirakan harga di masa mendatang; ingat bahwa banyak pihak lain yang sudah mengetahuinya sebelum Anda.
- Harga selalu dibentuk oleh kekhawatiran, harapan, dan perkiraan yang tidak dapat diandalkan; modal selalu menghadapi resiko kecuali jika Anda membeli lebih baik daripada nilai rata-rata.
- Ingat bahwa banyak faktor kompleks, diantaranya pilihan akuntasi dan permasalahan manusia dalam manajemen dan dengan pemegang saham besar yang berada di balik laba yang dilaporkan.
- Abaikan pesaing yang membahayakan Anda, mereka selalu menyerang posisi perdagangan dan pendapatan perusahaan Anda.
- Jangan percaya laba setiap kuartal. Verifikasi laporan melalui pernyataan dari sumber dan aplikasi. Angka bisa berbohong, dan pembohong bisa mencari beragam cara. Analis harus mempraktikkan dan berbicara dengan kliennya tentang kesabaran.
Menurut Kahn orang-orang selalu khawatir dengan perekonomian dan dunia,
terutama sejak krisis keuangan pada tahun 2008 dan krisis utang negara-negara
Eropa pada tahun 2011. Ia rasa orang-orang harus belajar bersikap optimis
karena hidup terus berlanjut, dan kadang-kadang kejutan yang menyenangkan
tiba-tiba muncul, entah karena kebijakan baru atau terobosan ilmiah. Dunia ini
penuh dengan komplikasi, dan media penuh dengan iklan. Hentikan membeli hal-hal
yang tidak kita perlukan, dan mulai fokus pada hal-hal yang penting.
#3 William Browne – Proses
Investasi
Browne percaya bahwa investasi itu bukan sains, tapi ilmu sosial: “Investasi
ini didorong oleh orang-orang, dan orang-orangnya sangat bersikap tidak
rasional! Dalam berinvestasi, apa yang perlu Anda lakukan adalah menemukan
bisnis yang memiliki probabilitas tinggi untuk bertahan di pasar. Kemudian Anda
menerapkan metodologi untuk membelinya dengan harga yang tepat sehingga Anda
bisa lebih sering benar daripada salah.”
Dalam pandangan Browne banyak orang berinvestasi menurut intuisi mereka.
Mereka membeli saham karena mereka pikir itu adalah waktu yang tepat sebelum
akan naik, tetapi mereka tidak memiliki alasan untuk mendukung tesis mereka.
Namun yang dilakukan Browne adalah membangun proses investasi. Cita-cita dari
proses ini adalah bahwa proses tersebut dapat diterapkan kapan pun dan di
tempat-tempat berbeda karena logika bersifat abadi dan universal.
Fundamental bisnis, manajemen perusahaan, atau bahkan peraturan
pemerintah dapat berubah, sehingga fluktuasi saham dapat mempengaruhi emosi
investor. Karena itu tidak ada hukum alam abadi dalam berinvestasi, melainkan
bisa ada suatu proses yang diterima dan diinternalisasi investor, dimana logika
dan pemahaman investasi dapat dibangun.
Berdiri di atas pundak raksasa-raksasa nilai sepanjang hidupnya, Browne
telah belajar tentang hal-hal yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan di
pasar saham. Tidak peduli bagaimana pasar akan berubah di masa mendatang,
filosofi nilai sebagai proses investasi akan selalu menjadi baris terakhir
pertahanannya, tidak hanya sebagai investor tetapi juga sebagai pribadi.
#4 Jean-Marie Eveillard – Berani Berkata
Tidak
Meskipun kesabaran diperlukan untuk menunggu nilai saham bersinar,
seorang value investor juga perlu
keberanian untuk berkata tidak, terutama pada saat pasar sedang hiruk-pikuk.
Menurut Eveillard, terkadang dalam hidup ini bukan hanya soal apa yang kita beli,
tetapi juga apa yang tidak kita beli.
Eveillard khawatir dengan pasar saham Jepang pada sekitar 1980-an akibat
ledakan kredit secara besar-besaran, kemudian ia menjual semua saham Jepang
pada pertengahan 1988. Sebagian investor mempertanyakan mengapa keluar dari
pasar saham terbesar kedua di dunia, tetapi ia menyampaikan lebih baik
mengambil sebagian uang dari meja daripada ikut serta dalam histeria pasar.
Kemudian 18 bulan berikutnya pasar saham kembali naik 30 persen, namun tahun
1990 pasar Jepang kolaps, sehingga keputusannya terbukti masuk akal.
Berbicara tentang masa depan, Eveillard memiliki pertanyaan apakah kita
masih berada pada lanskap ekonomi dan finansial pasca-Perang Dunia II, atau
apakah telah terjadi perubahan akibat krisis keuangan di tahun 2008? Ia tidak
berpura-pura untuk memiliki jawaban untuk pertanyaan ini, tetapi ia menekankan
tentang pentingnya margin of safety
karena masa depan tidak pasti. Sebagai value
investor, kita bisa melakukan bottom-up
semua yang kita inginkan, tapi ingat untuk memberi perhatian pada top-down karena kebijakan pemerintah
memiliki dampak serius terhadap kesehatan pasar keuangan ekonomi dunia.
#5 Fransisco Garcia Parames –
Investasi Dibuat Sederhana
Parames memegang proses investasi dengan hal yang pertama dan terpenting
adalah banyak membaca. Ia tidak pernah menggunakan layar investasi untuk
menghasilkan suatu ide. Namun, idenya berasal dari membaca koran, buku,
majalah, laporan analisis, dan bahkan kepemilikan investasi pesaingnya. Ia juga
sering bertukar pikiran dengan orang-orang dari industri berbeda.
Penting untuk mengetahui bahwa menghasilkan ide investasi berasal dari
pengalaman konsisten tentang dunia dan mensikonkannya dengan semua informasi yang
telah diakumulasi. Menurut Parames ini adalah proses disiplin, dan semakin
cepat kita memulai hal ini, semakin siap kita nantinya ketika peluang muncul. Ide
tidak hanya dihasilkan dengan bangun suatu hari dan berkata, “Mari kita mencari
ide!”. Namun ide membutuhkan akumulasi pengalaman investasi dan keinginan untuk
belajar dari waktu ke waktu.
Parames sangat fokus pada riset dan analisis investasi, jarang memberi
ruang pada hiruk-pikuk pasar untuk mempengaruhi kesehatannya sepanjang hari.
Bahkan dia tidak mengecek harga saham sampai jam 6 sore setiap hari. Yang
paling penting, dia cukup paham dari bacaannya tentang Benjamin Graham bahwa
pasar saham hanyak sebuah platform untuk melayani investor, bukan untuk
mempengaruhi emosi mereka.
Parames menekankan bahwa bukan seberapa rumit kita menggunakan model
untuk menghitung valuasi suatu bisnis, tetapi seberapa baik kita mengenal
bisnis itu dan seberapa bagus kita menilai keunggulan kompetitifnya. Ini tidak
dapat dimodelkan secara matematis, namun lebih berkaitan dengan pengalaman
investor sendiri.
My Opinion
Buku ini menyajikan beragam pengalaman dan filosofi investasi dari para
value investor di dunia. Investasi di pasar saham tidak selalu menyangkut
tentang metodologi yang tepat untuk berinvestasi, namun bagaimana kita
mengelola emosi di tengah hiruk-pikuk pasar juga sangat berpengaruh. Saya
sendiri juga memegang prinsip value investing dari bapak value investor dunia
Benjamin Graham, akan tetapi saya masih perlu banyak pengalaman di pasar saham
untuk bisa mempertahakan prinsip tersebut sebab tidak mudah ketika kita
dihadapkan situasi yang tidak pasti.
Rating untuk buku ini 8.6 dari 10, isinya sangat mendaging namun karena
buku ini terjemahan jadi ada beberapa hal yang perlu dibaca ulang untuk
memahami maksudnya. Dengan membaca buku ini, saya menjadi lebih terbuka akan
banyaknya variasi dari penerapan value
investing walaupun ruhnya tetap sama.
Pengulas: Miftahul Arifin
Comments
Post a Comment