Suatu Hari yang Tak Lagi Sama
[1]
Hari menjelang
senja
Sumringah bibir
menghias wajahnya
Langkah kakinya semakin cepat
Menuju rumah
satu-satunya
Tok.. Tok..
Assalamu'alaikum..
Dibukakan pintu
oleh wajah dinantinya
Memeluk erat penuh
rasa bahagia
Wahai istriku..
Serunya menatap lembut istrinya
Anak kita bisa bersekolah kembali
Walaupun kita sedikit berhemat nanti
Istrinya tak kuat
membendung mata
Dipanggilnya anak
mereka
Lalu dipeluknya
erat-erat
Alhamdulillaah.. nak
[2]
Esok terasa
berbeda
Semangatnya terus menyala
Walaupun terik menyilau
Namun ia tetap
melangkah maju
Ia tak malu
Apalagi risau
Beribu jalan telah
ia lalui
Untuk masa depan sang
buah hati
Dagangannya pun
laris pembeli
Walaupun keringat
habis terkuras
Ketika melihat
senyuman yang dicintai
Semuanya pun akan
segar kembali
Seperti biasa
Sore itu pun ia
kembali
Membawa segenggam
rezeki
Meski sedikit,
namun tetap disyukuri
[3]
Semenjak hari itu
Tak seperti
biasanya
Beredar suatu
kabar
Di negeri nan jauh
disana
Bagi kami orang kecil
Kami pikir tak begitu berarti
Hidup susah jadi makanan sehari-hari
Tidur beralas karton pun dinikmati
Orang-orang mulai
khawatir
Akan nasib yang
mungkin menghampiri
Bagi sebagian
masih tak peduli
Yang peting bisa
makan tiap hari
Bulan berbulan
masih aman
Kekhawatiran itu
mungkin berlebihan
Kesana kemari
tetap kami jalani
Demi menyambung
hidup dan sesuap nasi
[4]
Hari itu begitu
heboh
Suatu hari yang
tak lagi sama
Kekhawatiran itu pun
terjawab
Walaupun ada yang
berkata biasa
Entah kenapa
Kami tak begitu mengerti
Kami hanya tahu mencari sesuap nasi
Ya.. inilah
pilihan kami
Hari-hari kemudian
Para punggawa menyeru berdiam
Meninggalkan
pekerjaan di luar
Agar tak semakin
menyebar
Bagi kami orang kecil
Kami tak bisa diam tanpa
makanan
Daripada keluarga kami kelaparan
Lebih baik nyawa kami jadi
taruhan
[5]
Berpuluh jalan
telah ia lewati
Hari ini tak lagi
sama
Senja segera
diujung mata
Namun masih banyak
yang tersisa
Langkah kakinya
tak secepat dulu
Hanya sedikit yang
bisa ia bawa
Walaupun masih
kurang dari cukup
Namun inilah jerih
payahnya
Hanya ini yang abang punya
Hari ini memang berbeda
Meski pas-pasan untuk sesuap nasi
Katanya kepada
istrinya
Tak mengapa bang
Situasi memang berbeda
Abang sudah melakukan yang abang bisa
Lirih ungkap
istrinya
[6]
Kian hari kian
sepi
Kian dinanti kian naik matahari
Tak ada lagi anak
bersekolah
Tak ada lagi
seorang pembeli
Ia menyeka
keringat
Berpeluh-peluh ia
berjalan sepi
Hingga tak ada
tempat lain
Selain ia kembali
ke rumah
Haru sembab
menghampiri pintu
Tampak anak
istrinya tertidur pulas
Ia malu dalam
hati, setidaknya..
Ada yang dibawa
sebelum malam menanti
Malam kemudian berlalu
Hanya mendapatkan
satu dua orang pembeli
Memang tak cukup untuk mencukupi
Ia pun harus
meminjam lagi
[7]
Malam ini ia
merenung
Akan nasib malang
yang tak berujung
Tetesan mata
membasahi pipinya
Terbayang nasib anak
dan istrinya
Persedian makanan
semakin menipis
Tak kunjung
bantuan datang
Ia berharap para punggawa mengasihaninya
Namun semua berita
itu hanyalah mimpi
Senyuman di
bibirnya pudar
Seringkali ia
menahan rasa lapar
Hanya sedikit yang
ia dapatkan
Tak cukup untuk
semuanya makan
Ia berharap
mendapat bantuan
Namun yang ada
hanya permainan
Yang miskin semakin
menderita
Sedang yang cukup
semakin sejahtera
[8]
Berat rasanya menyambung hidup
Alangkah tidak adilnya mereka
Kita yang miskin semakin sengsara
Katanya kepada
istrinya
Bang, kita sekarang beruntung
Walaupun serba kurang
Namun, kita masih di jalan yang baik
Begitu banyak orang yang tersesat di jalan
Malam ini ia
merasa berbeda
Dalam sujudnya
yang lama
Ia telah lupa akan perihal
Bahwa Tuhan
selalu ada di sisinya
Ia sadar
Begitu berharapnya
pada manusia
Pada akhirnya berujung
kecewa
Hanya kepada-Nya tempat
ia berharap
[9]
Pekan demi pekan
terlewati
Namun belum
ada kemajuan yang pasti
Hanya saja mereka
tak lagi sendiri
Dengan
bersama-sama bisa melalui
Walaupun kami orang yang kurang
Namun hati kami tidaklah sempit
Bersama dalam kekurangan kita bertahan
Seru salah seorang
di antara mereka
Di hari yang tak lagi sama
Kita belajar satu hal
Bahwa ini bisa kita taklukkan
Dengan bersama dan berjalan beriringan
Ini bukan siapa
yang bertahan
Tetapi, siapa yang
saling mempedulikan
Ia dan keluarganya
kan terus berjuang
Hingga esok hari
yang lebih baik kembali…
***
Sebuah puisi yang sangat menyentuh... ������
ReplyDeleteterimakasih
Delete