Ulasan Buku “The Art of Creative Thinking” : Kreativitas Milik Semua Orang
Buku karya Rod Judkins ini mengupas
berbagai pengalaman orang-orang kreatif di dunia menemukan inspirasinya. Buku
ini menjelaskan bahwasannya kreativitas bisa dimiliki oleh semua orang dengan
cara melakukan hal-hal yang tidak biasa. Dengan membaca buku ini, kita bisa
membuka pikiran segar serta mengembangkan cara berpikir kreatif yang bisa
berlaku bagi semua orang.
Kita terlahir dengan kecerdasan,
intuisi, dan imajinasi yang luar biasa. Namun, seringkali sekolah dan
masyarakat seakan membatasi dan merampas dari keyakinan kreatif kita. Akibatnya
banyak orang tidak melatih kekuatan yang luar biasa tersebut, sehingga kekuatan
tersebut menjadi lemah. Sekolah, keluarga, teman-teman kita memiliki pandangan
terbatas pada kemampuan kita. Jika kreativitas menginginkan sesuatu, maka diri
ini akan maju, mencoba, dan berani gagal. Akan tetapi, orang-orang sekitar kita
menilai bahwasannya kegagalan bukanlah hal yang baik. Di sinilah kreativitas
dirampas, dimana hilangnya kesempatan diri kita secara bebas untuk menjadi diri
kita sendiri.
Kreativitas bukanlah soal
menciptakan sebuah lukisan, novel, atau barang tetapi tentang menciptakan diri
sendiri, menciptakan masa depan yang lebih baik dan mengambil kesempatan yang
saat ini hilang dari diri kita. Kreativitas bukan juga seperti saklar yang
dapat dinyalakan dan dimatikan, namun kreativitas adalah cara kita melihat,
melibatkan diri, dan merespon dunia di sekitar kita. Oleh karena itu, cara
berpikir kreatif dapat diterapkan pada apa saja yang kita lakukan. Orang-orang
kreatif adalah kreatif ketika mengisi dokumen, memasak, menyusun jadwal, atau
pun mengerjakan pekerjaan rumah. Orang kreatif mencoba mengembangkan alternatif
berpikir yang dapat diterapkan pada suatu tantangan atau pun pekerjaan.
Dalam buku ini Rod Judkins
mengupas berbagai resep kreativitas dari pengalaman orang-orang kreatif mulai
dari seniman, ilmuan, hingga pebisnis. Berikut beberapa resep yang menurut saya
paling penting menjadi orang kreatif:
1. Menghindari menjadi ahli
Penting sekali untuk menghindari
menjadi seorang ahli atau pun spesialis. Seorang ahli sangat bergantung pada
pengalaman masa lalunya. Apa yang telah berlaku di masa lalu, mereka
mengulanginya dan mengubah pengetahuan menjadi ritual yang berulang. Keahlian
mereka menjadi sesuatu yang tidak berkembang. Sementara, seorang pemula
memiliki perspektif yang segar. Mereka yang masih amatir dan tidak profesional
terbuka dengan ide-ide baru dan mencoba apa saja. Berbeda dengan seorang ahli,
mereka melihat metode baru sebagai sebuah ancaman untuk keahlian mereka, dan
mencari cara untuk menyingkirkannya.
Berpikir kreatif adalah tentang
visi, kesadaran, dan ekspresi. Keahlian memang diperlukan, namun keahlian bukan
hal yang terpenting. Pikiran kreatif lebih banyak mengeksplorasi apa pun yang
menarik daripada membangun segudang keahlian.
Oleh karena itu, kita perlu
merasa bodoh. Terdapat kebebasan dalam kebodohan, di mana pengetahuan adalah
sebuah tanda henti. Gunakan apa yang telah kita pelajari untuk menciptakan
kebodohan berkualitas tinggi. Kreativitas adalah tentang menghasilkan sesuatu
yang tidak terduga dan melihat hal-hal dari perspektif baru.
2. Jangan menjadi orang lain
Kita menghabiskan sebagian besar
hidup kita tidak menjadi diri kita sebenarnya. Ada tekanan besar pada semua
orang untuk menjadi orang lain, entah itu untuk memenuhi harapan orang lain,
untuk menjadi orangtua yang sempurna, karyawan patuh, atau pun untuk menjadi
anak yang berprestasi. Kita kehilangan kemampuan menjadi baik yakni menjadi
diri kita sendiri dan kita lupa siapa kita. Dunia terus menenggelamkan kita
pada ortodoksi, untuk membuat tidak bisa dibedakan dengan orang lain. Untuk
menjadi kreatif, kita harus menyadari kelemahan dan kelebihan. Orang-orang
kreatif menerima itu semua dan menggunakan keduanya.
Banyak orang tidak pernah
berhubungan dengan bakat mereka yang sebenarnya dan kemudian gagal mencapai
potensi mereka. Kreativitas adalah seperti pertambangan, kita perlu menggali
lebih dalam untuk menemukan dan mengungkap diri kita sendiri. Namun, tidak
semua orang terlahir mengetahui apa yang ingin dilakukannya. Banyak orang harus
menemukan gairah mereka dengan trial and
error. Perjalanan menemukan diri adalah perjalanan yang melelahkan, tapi
bermakna.
3. Proaktif dan menciptakan sesuatu
Untuk menghasilkan sesuatu yang
berharga, kita harus proaktif dan menciptakan sesuatu, tidak bisa hanya
duduk-duduk dan menunggu. Kebanyakan orang tidak menyadari tindakan dalam
hidupnya, tidak pernah bertanya pada diri sendiri apa yang mereka lakukan,
mengapa, dan apakah itu benar-benar penting bagi mereka. Mereka menyerap
nilai-nilai budaya, orangtua, dan teman-teman mereka, dan kemudian menerimanya
tanpa bertanya.
Orang-orang kreatif terus
berjalan dengan proyek-proyek yang penting bagi mereka. Jika mereka merasa apa
yang mereka lakukan sangat penting, maka akan mencurahkan seluruh energi dan
waktunya untuk proyek itu. Peran kreatif adalah mengganggu, mempertanyakan, dan
mengguncang. Pikiran kreatif mengungkap kebenaran yang lebih dalam, lebih
mendasar daripada fakta-fakta belaka.
4. Komitmen perbaikan diri
Sembilan puluh sembilan persen
dari perbedaan antara orang-orang yang inovataif dan sukses dengan mereka yang
gagal adalah komitmen perbaikan diri. Jumlah waktu dan usaha yang luar biasa
dari orang-orang sukses dalam mengembangkan pekerjaan, mampu meningkatkan
kemampuan mereka.
Apa yang membedakan orang yang
sukses dengan tidak sukses yaitu dengan bagaimana cara mereka menangani
kekecewaan dan kesulitan yang ada. Para psikolog menyebutnya prinsip 90-10.
Sepuluh persen dari kehidupan adalah apa yang terjadi pada diri kita dan
sembilan puluh persen ditentukan oleh cara kita bereaksi terhadap apa yang
terjadi pada diri kita. Orang-orang kreatif yang hebat terus bekerja, sehingga
tidak merasa kehilangan dengan kekecewaan dan kesulitan. Meraka tidak akan rugi
dengan mencoba, sehingga mencoba lagi dan lagi.
5. Kebebasan terhadap keraguan
Kebebasan terhadap keraguan
adalah aspek yang paling penting dari budaya kita. Keraguan harus didorong di
setiap organisasi, perusahaan, dan bahkan sekolah. Banyak orang yang takut akan
konsekuensi keraguan, tetapi ia merupakan pintu baru yang potensial. Jika kita
tidak memiliki keraguan, kita tidak akan memiliki ide-ide baru. Keraguan adalah
kunci untuk membuka ide baru. Einsten meragukan Newton. Jika Einsten percaya
bahwa Newton benar, maka tidak akan terlahir teori relativitas.
6. Terinspirasi secara alami
Kekuatan struktural dan keindahan sarang burung sangat
luar biasa, tetapi bagaimana itu bisa digunakan pada skala manusia? Perusahaan
arsitektur Herzog dan de Meuron menanggapi pertanyaan ini dengan membuat salah
satu bangunan paling spektakuler yakni Stadium “Bird’s Nest” yang menjadi pusat
Olimpiade Beijing 2008.
Inspirasi yang terinspirasi oleh
alam lebih dari sekadar melihat pola dan struktur. Para pemikir kreatif tidak
berpikir tentang sesuatu yang bisa mereka ambil dari alam, tetapi sesuatu yang
dapat dipelajari darinya. Mereka mempelajari ide-ide terbaik dari alam dan
kemudian menirunya untuk memecahkan masalah yang beragam. Contohnya banyak
perusahaan Silicon Valley membuat cara mereka mengatur perusahaan berdasarkan
bagaimana organisme hidup, sehingga memungkinkan untuk beradaptasi dengan cepat
dan merekonstruksinya sendiri dengan cepat.
7. Cukup matang untuk menjadi kekanak-kanankan
Masa depan adalah milik mereka
yang bisa berhubungan kembali dengan bermain. Pola pikir kedewasaan terkadang
membuat kebebasan kita untuk menjadi seperti anak-anak terkubur, dan malahan
menghambat perkembangan. Kita menjadi takut salah, dihakimi, atau ditertawakan.
Ketakutan kita dalam mencipta menahan kita dan mencegah kita mencoba metode
baru demi sukacita.
Sifat anak-anak dalam diri
kitalah yang kreatif, bukan sifat dewasa. Anak itu bebas, mereka belum
mengetahui apa itu bekerja, sementara orang dewasa mengulangi apa yang mereka
kerjakan kemarin. Mereka menjelajahi negeri tanpa aturan atau asumsi.
8. Melihat di atas cakrawala
Beberapa orang kreatif adalah
para visioner. Mereka tidak benar-benar memiliki visi, namun mereka merencanakan
perkembangan apa yang mungkin terjadi di bidang mereka dan melaksanakannya
sebelum orang lain. Kebanyakan orang hanya terlalu sibuk menghadapi peristiwa
sehari-hari dan melaksanakannya sama seperti kebanyakan orang lain lakukan.
Contohnya di Silicon Valley,
yakni rumah bagi perusahaan-perusahaan besar teknologi dunia. Apa yang
membedakan perusahaan-perusahaan ini adalah mereka lebih tertarik pada masa
depan daripada masa lalu ataupun masa sekarang. Struktur perusahaannya mudah
berubah dan fleksibel, sehingga lebih mudah beradaptasi dengan cepat.
Perusahaan seperti Google, Apple, Amazon dan lainnya terus-menerus mencoba dan
mengantisipasi, memprediksi, dan menciptakan sesuatu yang akan datang.
Pengulas : Miftahul Arifin
Comments
Post a Comment