Ulasan Buku “Akhlak Penghafal Al-Qur’an” : Al-Qur’an sebagai Cerminan Diri
Buku terjemah dari Akhlaq Hamalat Al-Qur’an karya Abu Bakar
Muhammad bin Al-Husain bin Abdillah Al-Ajurri ini penuh manfaat dan faidah bagi
orang-orang yang ingin menjadikan Al-Qur’an untuk memperbaiki diri. Buku ini
membahas adab dan akhlak para penghafal Al-Qur’an. Buku ini menasihatkan
bahwasanya para penghafal Al-Qur’an senantiasa beradab dengan adab Al-Qur’an
serta berakhlak yang diserukan Al-Qur’an agar menjadi ahlul Qur’an yang sesungguhnya.
Jika seseorang hanya mengutamakan
bacaan Al-Qur’an saja, niscaya Al-Qur’an tak kan tampak pada dirinya. Namun
bila dia mempelajari, menadaburi, bertafaquh, dan bermujahadah dalam menerapkan
Al-Qur’an, niscaya akan nampak hidayah Al-Qur’an pada dirinya. Hidayah yang
penuh berkah ini hanya akan nampak jika seseorang selalu mengutamakan adab dan
akhlak dalam Al-Qur’an, serta memperhatikan petunjuk Al-Qur’an.
Menurut Al-Imam Al-Ajurri ambisi ketika
memulai membaca Al-Qur’an adalah: “Kapan aku menerima nasihat dari apa yang aku
baca?” Keinginannya bukan: “Kapan aku
menyelesaikan bacaan surat ini?” Namun impiannya adalah: “Kapan aku
memahami apa yang menjadi makna dari firman Allah?” “Kapan aku tersadarkan?” “Kapan
aku bisa mengambil pelajaran?”
Orang yang berkeinginan untuk
menjadi Ahlul Qur’an, keluarga Allah, hamba pilihan-Nya, dan ingin masuk ke
dalam golongan yang mendapatkan janji Allah seyogyanya ia menjadikan Al-Qur’an
sebagai penyejuk hatinya. Lalu dengannya, dia membangun apa-apa yang telah
rusak dari hatinya, kemudian beradab-beradab dengan adab-adab Al-Qur’an dan
berakhlak dengan akhlak yang mulia.
Menurut Al-Imam Al-Ajurri, beberapa
hal yang harus dilakukan untuk menjadi Al-Qur’an sebagai cerminan diri sesuai
tutunan dalam Al-Qur’an adalah
1. Senantiasa bertakwa kepada
Allah baik saat sendirian maupun di tengah keramaian dengan bersikap wara’ ,
perhatian terhadap hal-hal yang mendatangkan keridhaan Allah, merasa risau dan
berazam memperbaiki apa-apa yang rusak, serta menjaga lisan.
2. Jika berbicara, bicaranya
selalu dilandasi dengan ilmu, jika merasa berbicara itu perlu dan tepat. Jika
diam, diamnya dengan ilmu, jika memang diamnya itu tepat dan benar.
3. Tidak menyanjung diri lantaran
dengan kelebihan yang dimiliki serta senantiasa mewanti-wanti dirinya agar
tidak dikalahkan oleh nafsu yang dimurkai oleh Allah.
4. Tidak membicarakan aib
seseorang pun, tidak merendahkan seorang pun, tidak gembira dengan musibah yang
menimpa orang lain, tidak berbuat zhalim terhadap siapa pun, dan tidak
mendengkinya, tidak berburuk sangka kepada siapa pun kecuali orang yang pantas
menerimanya.
5. Menjadikan Al-Qur’an,
As-Sunnah, dan hukum Islam sebagai petunjuknya dalam setiap akhlak yang baik
dan terpuji, menjaga anggota badan dari hal-hal yang dilarang untuk
melakukannya, serta melukan aktivitas kegiatan dengan dilandasi ilmu.
Masih banyak sekali adab-adab
yang bisa diambil pelajaran dari Al-Qur’an. Setiap orang yang berkeinginan
memperoleh janji Allah hendaknya membaca Al-Qur’an lembar demi lembar untuk
mendidik jiwanya dan menjadikan ilmu serta fiqih sebagai penuntun menuju semua
kebaikan.
Seorang mukmin yang berakal akan
terus memeriksa keadaan dirinya saat membaca Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an
layaknya cermin yang dengannya dia bisa melihat mana perbuatan yang baik dan
mana perbuatan yang buruk. Jika Allah memperingatkan sesuatu, dia akan
mewaspadainya. Jika Allah menakut-nakuti dengan hukuman-Nya, dia akan takut
kepada-Nya. Jika Allah memerintahkannya untuk mencintai sesuatu, dia akan
mencintai dan mengharapkannya.
Hendaknya kita selalu menjadikan
Al-Qur’an sebagai penghias diri dimana pun kita berada.
Pengulas : Miftahul Arifin
Comments
Post a Comment