Ulasan Buku “Tasawuf Modern – Prof. Dr. HAMKA” : Menemukan Kebahagiaan yang Hakiki
Prof. Dr. HAMKA beliau bernama
lengkap Haji Abdul Malik Karim Abdullah. Tidak satu pun pendidikan formal
beliau tamatkan, namun dengan modal membaca dan belajar langsung dari para
tokoh dan ulama menghantarkan ia menjadi sosok ulama yang kaya ilmu. Gelar
Doktor Honoris Causa beliau dapatkan dari Universitas Al-Azhar berkat
karya-karya beliau yang telah membawa pengaruh bagi bangsa.
Buku ini tidak secara gamblang
menjelaskan tasawuf itu sendiri, namun mengajarkan kita untuk mencintai hidup
dengan tasawuf. Tasawuf yang dimaksud adalah kehendak memperbaiki budi dan
membersihkan batin. Buku ini menjelaskan bahwasanya kebahagian sejati hanya
bisa diperoleh setelah melewati keutamaan luar badan, keutamaan ada pada tubuh,
dan keutamaan akal budi.
Lalu, apa arti kebahagian itu?
Seseorang mengatakan kebahagian
itu didapat melalui kekayaan yang cukup. Karena jika ada kekayaan, segala yang
diinginkan tercapai. Ada pula yang mengatakan kebahagian itu terletak pada nama
yang masyhur, sebutannya harum dan dijadikan buah bibir penuh pujian di
berbagai kalangan. Katanya itulah kebahagian, karena harta benda tidak bisa
dibawa mati, namun nama baik selalu diingat orang.
Ada orang yang berkata bahwa
pengalaman dan penderitaan hidup itu yang paling penting dalam menuju kebahagiaan.
Tetapi kalau dengan pengalaman saja, tentu umur akan habis sebab pengalaman
kian hari kian ganjil, pengalaman kemarin tidak ada lagi sekarang dan juga
nanti. Usia pun habis sebelum pengalaman penuh, lalu bahagia akan menjadi
kenangan saja. Seorang saudagar tidak mesti menempuh rugi dulu sebelum tahu
rahasia keuntungan. Seorang nahkoda tidak mesti mengaramkan kapalnya hingga ia
tahu rahasia pelayaran.
Jika kita perturutkan bahagia itu
mempunyai kaidah sebanyak harta, sebanyak pengikut, sebanyak penderitaan,
sebanyak pengalaman, atau pun sebanyak kekecewaan. Kita akan bertambah bingung
memikirkan dimanakah sebenarnya kebahagiaan itu.
Di dalam medan hidup terdapat
ketentuan yang harus dijaga dan diperhatikan. Ada yang berhubungan dengan kesehatan tubuh,
kesehatan akal, dan kemuliaan budi. Kalau segala ketentuan dan peraturan itu
dijaga, dipelajari, dan dijalankan maka hiduplah manusia dalam hikmah Tuhan.
Lalu siapa saja yang telah memperoleh hikmah itu, berarti dia telah mendapat
perolehan yang banyak.
Cobalah perhatikan seorang putri
rupawan yang halus budi sedang asyik memelihara kebun bunga. Dipetiknya salah
satu bunga itu lalu dipindahkannya ke atas meja. Ditukarnya air bunga itu
setiap hari kemudian dipelihara, dicium, dan dipandangi dengan penuh cinta, sampai
bunga itu layu, kelopaknya jatuh dan tiap lembaran kelopaknya jatuh satu per
satu.
Maka alam ini adalah laksana
kebun bunga itu. Bunga yang ada di dalamnya adalah perjalanan hidup manusia.
Setiap hari air diganti dengan air yang lebih segar, agar bunga itu tetap hidup
lebih lama. Dirawatnya bunga itu dengan tetap awas terhadap durinya hingga ia
dapat merasakan lezat cita tentram. Seperti itulah kebahagian, untuk
merasakannya perlu patuh, merawat, dan menjaga ketentuan-Nya.
Menurut Al-Ghazali, seorang
filosof islam, ia membagi kebahagian menjadi lima tingkatan yakni Tangga pertama
keutamaan yang datang lantaran taufik dan pimpinan Allah yakni menjaga petunjuk
yang telah diberikan Allah, Tangga kedua keutamaan dari luar badan yakni
menjaga segala yang di luar badan seperti harta dan saudara, Tangga ketiga
keutamaan yang ada pada tubuh yakni
menjaga dan merawat tubuh, Tangga keempat keutamaan akal budi yakni menjaga
kesehatan akal dan kemuliaan budi, dan yang paling puncak adalah tingkatan
bahagia akhirat. Inilah kebahagian yang baka, tidak ada fananya. Semua orang
sukacita di dalamnya, tak ada yang merasakan dukacita. Akan tetapi tidaklah
orang akan mencapai ke puncak kebahagian ini melainkan dengan izin Tuhan dan juga
sebelum melewati tangga sebelumnya.
Dan tentunya untuk bahagia orang
perlu mempunyai anak yang shaleh dan istri yang shalehah pula. Nabi Muhammad
SAW bersabda, “Sebaik-baik penolong dalam menegakkan agama ialah istri yang
shalehah”.
Comments
Post a Comment