Pemberantasan Lingkaran Setan Kemiskinan
Fenomena kemiskinan di Indonesia seakan
tak ada habisnya. Tak hanya di kota-kota kecil, namun juga di kota-kota besar
yang tak sulit menemukan daerah slum atau
padat dan kumuh. Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) pada bulan Maret
2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan
di bawah garis kemiskinan) di Indonesia mencapai 27,77 juta orang (10,64
persen), bertambah sebesar 6,90 ribu orang dibandingkan dengan kondisi
September 2016 yang sebesar 27,76 juta orang (10,70 persen). Tentunya ini
menjadi masalah yang cukup serius sebab bila masyarakat miskin susah untuk
mencari makan maka dapat dipastikan pendidikan serta gizi juga terganggu.
Pada awal pembangunan Indonesia sempat
beredar sebuah teori yang dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi asal Swedia
yang juga penerima hadiah nobel yaitu Ragnar Nurkse. Teori tersebut adalah “Vicius Circle of Poverty ” yaitu konsep
yang mengandaikan suatu konstelasi melingkar dari daya-daya yang cenderung
beraksi dan beraksi satu sama lain secara sedemikian rupa, sehingga menempatkan
suatu negara miskin terus menerus dalam suasana kemiskinan. Teori tersebut
menjelaskan sebab-sebab negara berkembang dan miskin terus menerus mengalami
kemiskinan karena produktivitas yang rendah. Karena produktivitas yang rendah
maka penghasilan yang didapatkan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
yang minim sehingga tidak ada uang yang ditabung. Begitu seterusnya sampai penghasilan
akan habis untuk konsumsi tapi minim investasi. Untuk bisa memutus “Lingkaran
Setan Kemiskinan” tersebut maka perlu produktivitas yang tinggi sehingga
menghasilkan penghasilan yang tinggi pula.
Gambar 1
Vicius Circle of Poverty
Sejalan dengan penerapan SDGs (Sustainable Development Goals) yakni
sebuah program yang dicanangkan oleh PBB dalam mewujudkan pembagunan yang
berkelanjutan. Terdapat 17 target berkelanjutan.
Penerapan SDG di Indonesia masih cukup banyak tantangan. Permasalahan di negara
berkembang pada umumnya seperti kemiskinan, rendahnya pendidikan, kelaparan dan
sebagainya merupakan masalah yang cukup serius. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya masalah kemiskinan menyebabkan dampak domino misalnya rendahnya
penghasilan menyebabkan kekurangan gizi, rendahnya pendidikan, rendahnya
kualitas kesehatan, dan sebagainya.
Adanya kemiskinan seperti lingkaran
setan yang tak berujung ini menyebabkan penerapan seluruh SDGs terganggu
sehingga hanya berkutat pada lingkaran kemiskinan. Sebab adanya kemiskinan
tersebut ada 3 faktor yaitu pola pikir masyarakat, pendidikan, dan persaingan
kerja.
Cara dalam menanggulangi serta memutus
lingkaran setan kemiskinan perlu adanya bantuan para pemodal salah satunya
peran pemerintah. Intervensi pemerintah dalam mengahapi kemiskinan bisa berupa
bantuan pendidikan tinggi kepada yang kurang mampu sehingga mencetak SDM yang
lebih kompeten dan produktif.
Pemerintah Indonesia saat ini telah
menerapkan bantuan untuk memutus lingkaran kemiskinan seperti bidikmisi untuk
masyarakat kurang mampu dapat mengeyam pendidikan perguruan tinggi dan masih
banyak lainnya. Akan tetapi, pemerintah masih banyak harus berbenah persentase
lulusan SMA di Indonesia masih jauh dari angka yang diharapkan. Oleh karena
itu, dalam menerapkan keseluruhan SDGs tak hanya pemerintah yang
bertanggungjawab namun seluruh masyarakat Indonesia harus sadar lingkaran
kemiskinan harus diberantas dengan
saling bahu-membahu memperbaiki kualitas tenaga kerja melalui pendidikan,
pelatihan, dan kesempatan kerja sehingga produktivitas dapat meningkat.
Referensi
Faktor
Penyebab Kemiskinan di Indonesia, https://www.kompasiana.com/putrisasmita/faktor-penyebab-kemiskinan-di-indonesia_5927dde982afbda25e59a2ca
, diakses 19.40
Nurkse's
Model of Vicious Circle of Poverty (VCP) and Economic Development:, http://economicsconcepts.com/nurkse%27s_model_of_vicious_circle_of_poverty_(vcp).htm
, diakses 19.30
Lingkaran
Setan Kemiskinan di Indonesia, http://pakpakpos.blogspot.co.id/2013/04/lingkaran-setan-kemiskinan-indonesia.html
, diakses 17.00
Comments
Post a Comment