Surga Ada di Bahu Kawan Sampingmu - Day 20
Bila saja
langit bisa bercerita dan bila saja tanah bisa berbicara.
Langit menjadi
bukti abadi akan kisah rasa berbaur indah persaudaraan di antara kami.
Tanah pun
menjadi saksi akan romansa persaudaraan dibalut manisnya iman.
Inilah cerita
kami dalam satu rumah penuh inpirasi dan pikiran-pikiran besar mewarnai setiap
hari.
Aku sebut ia
sebagai rumah keduaku salah besar bila mencari kenyamanan di sini.
Sungguh salah,
karena setiap kali pulang bertambah pulalah inpirasi.
Inspirasi yang
tak boleh dipendam sendiri, mesti disebarluaskan dan menjadi inspirasi bagi
orang lain.
Untuk itulah
tidak pantas bila mencari kenyamanan di rumah keduaku ini, semakin pulang
semakin besar tanggung jawab yang dipikul.
Kami di sini
bukanlah manusia super yang bisa melintasi samudera sekejab mata atau bisa
terbang menembus cakrawala.
Kami hanyalah
sekolompok orang yang rela dan mengikhlaskan diri untuk ditempa.
Ngomong-ngomong
tentang ditempa, ya kami sering ditempa seperti membuat pedang samurai.
Pedang samurai
yang berkualitas adalah yang dibakar dengan suhu yang sangat tinggi hingga
berubah keputihan, lalu ditempa dengan tekun dan konsisten pada setiap bagiannya.
Mungkin
terlalu berlebihan, namun seperti itu lah kami.
Tak ada tempat
yang nyaman di rumah keduaku ini.
Kami siap
dibakar habis-habisan dengan semangat dan idealisme yang menjiwai hati kami.
Kami juga siap
ditempa sekeras-kerasnya hingga tak ada yang sedikitpun menodai niat ikhlas
kami.
Begitulah kami
bukan tentang mencari kesempurnaan namun berjuang meningkatkan batas-batas diri
kami.
Aku juga menyebut
rumah keduaku ini dengan panggilan surga kecil.
Tentang
kenikmatan? Tentu bukan.
Bukan tentang
kenikmatan surgawi namun tentang indahnya bersaudara sampai surga.
Surga kecil
ini dihuni oleh 37 bersaudara, saudara seiman.
Perumpamaan
indahnya langit.
Bila di malam
hari seorang di bumi bisa melihat indahnya milyaran bintang berkolaborasi
memadukan cahaya-cahaya yang berkemilau.
Walau tiap bintang
itu unik.
Ada yang
berkemilau dengan cahaya putih yang lembut namun ada juga cahaya merah yang
membara.
Bintang-bintang
tersebut tak pernah saling berselisih juga beradu mulut tentang kehebatan
dirinya masing-masing.
Tapi bintang
tersebut percaya, bersinar sendiri tak ada hebatnya.
Bersinar
sendiri hanya membunuhnya secara perlahan, cahayanya yang bergelora hanya akan
lenyap dengan sendirinya oleh waktu.
Sudah basi
bila menyebut kehebatan diri.
Mesti saling
bahu membahu mewujudkan kehebatan bersama.
Saling
mendorong, membahu dan menjadi saudara sampai surga.
#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#Day20
Comments
Post a Comment