Bersumpahlah Para Pemuda
Delapan puluh delapan tahun silam tepat 28 Oktober 1928 menjadi titik
balik kebangkitan pemuda dari kegelapan impreliasme. Sebuah awal persatuan rasa
dan jiwa. Bersatu dalam satu ideologi menuju kebersamaan dan harga diri bangsa.
Tak segan meninggalkan kepentingan lokal maupun golongan. Ialah sumpah pemuda
yang menjadi sebuah kebangkitan dari para pemuda.
Pemuda yang darinya darah
mengalir deras dalam jiwanya. Darahnya mengalir dari bawah menjalar hingga ke
ubun-ubun kemudian membakar semangat jiwa raganya. Pemuda bagai lokomotif uap.
Semakin dibakar maka ia semakin kencang. Siap menerjang dan menerobos segala
halangan melintang.
Tengoklah mantan perdana menteri
Indonesia, Bapak Sjahrir. Masa mudanya telah membara. Tak gentar ia melawan
kesempitan berpikir pada era kolonialisasi. Sedari tingkat sekolah atas
semangatnya menyalakan nyali, terbukti gores tulisannya mampu menggugah
kesempitan berpikir orang lain. Walaupun banyak mata mengintai namun tak
menyulutkan nyalinya.
Ialah pemuda sang pembawa
panji-panji masa depan. Pemuda yang darinya terbesit sebuah gambaran reklamasa
pembaharuan. Darah yang mendidih, pikiran yang tajam, dan aksi yang
mengguncangkan mampu melihat gambaran yang detil.
Sebut saja Muhammad Al Fatih sang pemuda penakluk Romawi. Darahnya
mendidih kemudian berubah menjadi semangat membakar jiwa. Tak pernah sekalipun
ia mundur. Dalam setiap langkah bersama para pasukannya membawa panji-panji
masa depan. Ialah sang pemuda 21 tahun juga sang pemimpin pasukan terbaik sepanjang
sejarah.
Siapa lagi jika bukan pemuda yang telah melahirkan sumpah pemuda. Berisikan
tiga sumpah persatuan bertumpah darah satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu.
Tiga sumpah yang menginisiasikan terbentuknya kemerdekaan Indonesia.
Pemuda bagai sebuah pedang yang tajam. Sebuah hunusan masa depan berada
di tangannya. Walau telah tujuh puluh satu silam Indonesia merdeka pemuda
tetaplah pemuda. Regenerasi baru dari pemuda proklamasi janganlah tergoyahkan
Bukan lagi zamannya kesempitan berpikir, pemuda sekarang harus terus
bergerak mengarungi luasnya ilmu pengetahuan. Bukan lagi zamannya penjajahan,
inovasi dan ide-ide kreatiflah yang seharusnya lahir dari pemuda haus prestasi.
Wahai pemuda, sudah saatnya kita bergerak mengalahkan musuh terbesar dalam diri
berupa ego dan nafsu diri. Saatnya kita menembus batas cakrawala, mengarungi
samudera, menggali sedalam-dalamnya kemudian berkontribusi sebesar-besarnya
demi bangsa Indonesia.
-Miftahul Arifin
Comments
Post a Comment