Refleksi: Sehidup Seasrama RK
Banyak pengalaman, cerita, dan evaluasi diri sejak di Rumah
Kepemimpinan ini. Kurang lebih dua bulan telah berlalu, sedikit demi
sedikit memeras waktu bermalas-malasan. Hingga kini perlahan
mengajarkan apa arti menjadi seorang mahasiswa apalagi manusia.
Kurang lebih dua bulan telah menjadi langkah awal untuk memulai
perubahan besar, baik dalam pemikiran maupun tindakan.
Salah satu yang terpenting dan perlu digaris bawahi adalah tuntunan.
Citra dari Rumah Kepemimpinan dan nilai-nilai yang dikandungnya
memaksa untuk keluar dari zona kenyamanan dan berusaha mengejar
prestasi baik itu akademik maupun non-akademik. Tiada hidup tanpa
berprogres, kata-kata yang secara tidak langsung disematkan dalam
setiap pemikiran. Rumah Kepemimpinan secara perlahan menuntun untuk
menjadi manusia yang berprogres dan pelopor yang baik bagi lingkungan
sekitarnya.
“Rumah Kepemimpinan itu aktivitasnya padat, belum lagi kegiatan
kampus yang menggunung,” mungkin begitulah yang sempat terbayang
dulu. Memang butuh usaha dan perjuangan untuk meraih apapun. Di balik
kegiatan yang cukup padat, Rumah Kepemimpinan tak lagi mengajarkan
manajemen waktu, itu sudah kuno. Manajemen waktu telah
bertransformasi menuju tantangan selanjutnya yakni manajemen
aktivitas. Dengan seabreg agenda
yang cukup padat, manajemen aktivitas menjadi peran penting dalam
mengatur segalanya. Pemilihan aktivitas yang benar-benar bermanfaat
untuk diri dan orang lain.
“Jangan tanyakan apa yang Rumah
Kepemimpinan bisa berikan kepadamu, namun tanyakan apa yang bisa kamu
berikan pada Rumah Kepemimpinan, ” berikut kalimat yang tidak lain
adalah inisiatif dan kontributif. Dua hal tersebut tertanam dan
berakar bagi semuanya. Setiap saat dalam kehidupan berasrama, kampus,
masyarakat perlahan telah dilatih untuk memperhatikan hal-hal kecil.
Suatu bentuk inisiatif dan kontribusi terlahir dari indera yang tajam
dan hati yang terbuka.
Dua bulan yang telah berlalu menjadi
sebuah pemantik untuk berpikir progresif, memaksa diri untuk selalu
berkembang, dan memperhatikan hal-hal yang detil. Ada banyak hal yang
hanya bisa didapat dari kehidupan berasrama. Nilai-nilai yang masih
tersembunyi dan hanya akan didapat bagi yang mampu membuka mata
selebar-lebarnya dan membuka hati seluas-luasnya.
Tak masalah berapa banyak peluh yang telah diekskresikan, berapa
banyak air mata yang menumpuk di pelupuk mata, dan berapa banyak
waktu, tenaga yang telah dihabiskan. Namun satu-satunya yang kami
harapkan adalah terbentuknya Indonesia yang lebih baik dan
bermartabat serta kebaikan dari Allah pencipta alam semesta.
Comments
Post a Comment