Selingkuh Dua Dunia - Day 3
Petugas dengan rompi
dan celana hitam itu masih berdiri di belakang pintu. Untuk ketiga
kalinya petugas itu telah mengetuk pintu. Miranti semakin was-was. Ia
telah menduga bahwa petugas berompi hitam pasti akan datang cepat
atau lambat. Ia berjalan perlahan dan mengumpulkan segala
keberaniannya untuk menyambutnya.
KREEK
“Ada apa, Pak?”
tanya Miranti polos.
Lelaki itu
tersenyum tipis, “Maaf Bu, tarif retribusi atas nama Almarhum Bapak
Susilo sudah tiga bulan tidak dibayarkan.”
“Ohh gitu,”
balas Miranti datar.
“Lalu bisakah
dibayar sekarang, Bu?” tanya petugas itu kembali.
“Biarlah saja,
saya tidak peduli”
Tak ada percakapan
selama beberapa detik. Petugas itu tampak keheranan. Dalam catatan
petugas itu Almarhum Bapak Susilo adalah suami dari Ibu Miranti.
Petugas itu menarik
napas dalam-dalam,”Baiklah Bu. Jika tidak dibayarkan maka makam
Almarhum Bapak Susilo akan dipindahkan.”
“Silakan saja
pak, saya tak peduli,” balas Miranti dengan muka kecutnya.
Miranti dulunya
sangat mencintai almarhum suaminya. Setelah suaminya meninggal ia
juga kerap kali mengurus makamnya dari pembersihan area hingga biaya
bulanan makam. Namun sejak kabar burung beredar bahwa suaminya sempat
memiliki istri yang kedua, rasa cinta itu telah berubah menjadi benci
yang mendalam.
Rasa cinta yang
menggunung kini runtuh melapisi hatinya. Kini telah dibalut oleh
kebencian dan rasa sedih mendalam.
“Biarlah saja si
pembohong itu. Sudah mati masih menyusuhkan lagi,” ungkap Miranti
geramnya.
“Baiklah Bu,
terimakasih,” petugas itu masih memasang senyum tipis diwajahnya.
***
Keesokan harinya,
Miranti dibangunkan dengan telpon rumah yang berdering lama. Ia
bergegas menerima telpon.
“Haloo,” sapa
Miranti.
“Ini dengan Ibu
Miranti?”
“Iya”
“Maaf Bu,
almarhum Bapak Susilo tidak jadi kami pindahkan makamnya. Namun, akan
kami timbun dengan jasad yang lain.”
“Silakan saja,”
balas Miranti ketus.
“Terimakasih Bu,”
Miranti cukup
kesal dengan petugas pemakaman yang selalu mengingatkan tentang
suaminya si pembohong. Seketika ada sesuatu yang terlintas di
kepalanya.
“Sebentar Pak,”
sela Miranti.
“Ada apa Bu?”
“Apakah jasad
yang akan ditimbun dengan almarhum suami saya laki-laki atau
perempuan?” tanya Miranti menyelidik.
“Tidak pasti Bu.
Bisa jadi perempuan.”
Miranti tersedak.
Ia tak terima apabila almarhum suaminya tertimbun bersama dengan
jasad perempuan. Air matanya menggulung di kelopak.
“TIDAK BISA PAK.
SAYA AKAN BAYAR TARIF PEMAKAMAN SUAMI SAYA. TOLONG JANGAN TIMBUN
SUAMI SAYA DENGAN PEREMPUAN LAIN. CUKUPLAH DI DUNIA SAJA IA DENGAN
PEREMPUAN LAIN.”
Miranti menangis
histeris. Hatinya yang tertutup kebencian lambat laun luntur oleh
cinta yang mengakar.
#Intermeso
#InspirasiDariCeramahSyekhAliJaber
#BerkahRamadhan1437H
#Day3
Rabu, 8 Juni 2016
Comments
Post a Comment